Pages

Sabtu, 01 Juni 2013

Suatua Ketika Yang Telah Lama Kita Ketahui

Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa. Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui (Soe Hok Gie)

 Buat kamu yang sudah banyak memberi tawa,
 Buat kamu yang telah mengajari banyak hal,
 Buat kamu yang rela meluangkan waktu di sela jam yang sibuk,
 Terimakasih.

 Terimakasih untuk tiga belas bulan yang menyenangkan
 Terimakasih untuk kejutan-kejutan di kotak virtual yang tiba-tiba
 Terimakasih untuk canda-canda pagi hari, 
 Maaf.

 Maaf telah menjadi orang yang menjengkelkan,
 Maaf untuk cerita-cerita membosankan tentang buku, kelinci dan mimpi
 Maaf karena tidak menepati janji seperti yang sering terucap.
 Maaf, Maaf, Maaf.. 


Kita telah berusaha terlalu keras meski akhirnya tanpa hasil. Tidak benar-benar tanpa hasil sebenarnya, karena banyak yang kamu berikan namun tak berbalas. Kenapa tidak menuntut? Saya semakin bersalah di sini!
Kamu yang yakin dan saya yang terlalu ragu juga penakut. Di depan kita jalan terlalu berliku. Genggaman kamu erat tapi memang saya pengecut, maaf kalau saya yang akhirnya melepaskan kemudian menyerah. Saya terlalu gemetar. 

Saya tidak punya bekal yang cukup untuk berjalan bersama kamu. Mungkin kamu terbiasa dengan onak duri. Tapi saya akan berdarah begitu tergores ranting kering yang lapuk. Saya selalu berjalan di jalan yang mulus, tidak berbatu. Tidak siap dengan hal-hal baru.

Kita yang tahu dari awal ini tidak mudah tapi tetap keras kepala. Kamu yang selalu menguatkan dan yakin pada hal-hal baik. Saya yang menghancurkan semua, terimakasih untuk berusaha mengerti. Terimakasih, terimakasih, terimakasih.

Apa kamu bisa memberi saya waktu untuk menguatkan kaki saya yang kerdil? apa kamu akan memeluk saya yang menggigil? Apa kamu bisa meyakinkan saya agar lebih percaya? Hehehehehehe
Tidak perlu, kamu hanya akan membuang waktu.

Saya sangat yakin, orang baik akan bertemu dengan orang baik pula. 
Dia menunggu kamu, di sana, di satu tempat yang mungkin akan kamu lewati. Temui dia.
Jangan menoleh ke belakang! 
Saya sedih tapi senang. Saya senang tapi juga sedih karena bukan saya yang menjadi teman kamu dalam berjalan.



Kepada teman, kepada sahabat. 

Tidak ada yang salah di sini. Saya tidak akan berani menatap kalian satu-persatu untuk menjelaskan semua. Kalau ada yang salah, sudah jelas itu saya. Saya yang menyerah begitu cepat. Saya yang menyerah, akan terlihat seperti tidak menghargai apa yang telah kalian upayakan buat saya dan kebahagiaan saya.
Saya tidak siap untuk kebahagiaan yang harus diawali dengan rasa sakit. 

Terimakasih telah memperkenalkan saya dengan orang yang sangat saya kagumi, seseorang yang sangat berharga. 
Saya tidak bisa menjalani apapun hanya dengan hati. Saya perlu logika. Saya tidak bisa bertahan dengan jarak, waktu dan segala hal remeh temeh yang bisa diatasi dengan 'kepercayaan dan cinta'.

Saya terlalu naif untuk tiga belas bulan yang singkat. Mengesampingkan logika, menyimpan diam-diam keraguan, menutupi kenyataan dengan balutan mimpi yang saya ciptakan sendiri demi sebuah hubungan agar  'terlihat' berhasil.
Saya telah berusaha. Hingga saya gagal. Saya menyerah. Maaf. Maaf. Maaf.





Read more...