Pages

Kamis, 14 November 2013

Mas Acer Slim Series: Si Kece Yang Jadi Impian

Gambar diambul dari www.acerid.com
Selamat siang!!!!


Apa kabar semua? Batam? Amaaann..

Aman banget meski hari ini lagi-lagi telat ngantor karena banjir yang buat esmosi meningkat dan pupur yang udah diolesi di pipi sedari pagi, sukses jadi lumpur di muka.
Ahahahahahaha

Mau protes, masa iya protes ke Tuhan karena nurunin hujan? Siapa eiyke?

Mau protes ke Pak Polisi yang ngeblokir jalan jurusan kantor? Masih mending kita ditolongin.

Akhirnya terpaksa pasrah basah-basahan dengan motor yang hampir mati karena businya kebasahan. Ya sudahlah. Hidup tetap harus dinikmatin..


Itu tadi keluhan-keluhan biasa anak muda yang hidup ogah susah. Sekarang mari kita beralih pada berita yang bikin semangat OKE lagi.. (selain ogah susah, anak muda juga hidupnya iklan banget!)

Horeee!! 30 Hari Blog Challenge udah minggu terakhir. Dan temanya adalah:

Mengapa saya layak memiliki Acer Slim Aspire E1, yang didukung oleh  prosesor Intel®. Mulai dari Intel® Celeron® dan Core™ i3, dan 30% Lebih Tipis

Jujur aja tema kali ini agak lebih berat dari tiga tema sebelumnya. Iya. Seenggak-enggaknya buat saya.
Saya selalu kesulitan jika menghadapai pertanyaan ‘mengapa saya layak’ ini. Pas wawancara kerja tempo lalu, saya hampir aja bilang ke yang inteview “saya gak layak-layak banget kok, Pak.” Hahahahaha

Harusnya, saya lebih sering nonton Indonesian Idol pas sesi hampir eliminasi 3 orang dengan sms terendah dan masang telinga baik-baik waktu salah satu juri nanya ke kontestan “Apa yang membuat kamu harus tetap ada di sini.” Sayangnya, saat bagian itu saya langsung matiin tipi. Dan liat di internet siapa yang pulang malam kemarinnya. Dan di sinilah saya. Mikir keras kenapa saya layak memiliki Acer Slim Aspire E1 ini.

Saya sebenarnya tidak begitu layak dapat E1 Slim Series ini. Karena saya tau diri sekali, saya bukan calon penerima yang baik. Masih banyak yang lebih pantas dari saya. Mereka, yang dari awal ikutan acara ini udah berhasil buat saya minder. Dari sebagian mereka adalah orang-orang hebat yang buat saya kagum sekaligus keder.

Mereka, perempuan-perempuan hebat itu adalah ibu rumah tangga yang luar biasa bikin menganga. Mereka, perempuan-perempuan hebat itu adalah ibu rumah tangga yang juga pejalan tangguh. Mereka, perempuan-perempuan hebat itu adalah ibu rumah tangga yang punya pekerjaan sampingan dari rumah. Mereka, perempuan-perempuan itu adalah aktivis yang dibutuhkan banyak orang.

Sedangkan saya?
Saya cuma seorang muda yang ngarep banget gadget keren gratisan. Saya cuma pekerja yang mencari uang demi kesenangan sendiri dan penganut hedonisme ala anak muda. Saya cuma penulis dan blogger malas yang mengharap Aspire E1 Slim series bisa menambah gengsi ketika berada di tengah-tengah komunitas anak muda yang saya ikuti. Saya cuma bisa berucap syukur dan turut serta berbahagia jika salah satu dari perempuan keren yang saya sebutkan di atas mendapat E1 Slim series yang banyak diidam-idamkan.

Apakah saya kecewa jika mereka yang kebagian dan bukan saya? Pastila! Manusiawi. Tapi, itu hanya mengisi secuil tempat di perasaan saya. Seujung kuku. Selebihnya? Syukur tetaplah syukur meski kita hanya sebagai peramai.

Saya tidak pandai mempromosikan diri. Sebenarnya lebih karena saya tidak punya apa-apa buat ‘dijual’. Seriusan deh..

Alasan paling tepat kenapa saya layak memiliki Acer E1 Slim series ini mungkin karena saya adalah pekerja yang butuh notebook ringan yang bisa dibawa-bawa tanpa harus berat sekaligus bisa tampil keren dengan notebook slim yang paling tipis di kelasnya.

Karena E1 Slim Slim series ini didukung performa Intel® Processor di dalamnya maka saya pikir, saya bisa bermain game di sela jam istirahat kerja sekedar menyegarkan otak. Saya juga tidak perlu repot mencari colokan tiap sebentar karena ketahanan baterai sudah jauh lebih baik. 6 jam nonstop menghidupkan multimedia tanpa harus mengisi ulang dan sanggup 3-4 jam untuk bermain game tanpa khawatir notebook cepat panas seperti notebook lama, itu prestasi sekali..!!  

Saat sedang di luar, saya bebas ‘nyolong’ wi-fi karena untuk Aspire E1 Slim series tipe 432 ini disertai satu port LAN (RJ-45) yang bisa dipakai tanpa butuh converter apapun, dan sebuah wireless adapter Acer Nplify 802.11b/g/n untuk nyolong wi-fi tadi. Mau download game, lagu, film, tidak lagi masalah..
Acer Indonesia benar-benar memanjakan kitakan?
Uwwooowwooo.

Oiya! Mama saya. 
Mama saya adalah orang pertama yang akan saya pinjami notebook ini kalo seandainya saya punya.  Mama saya seorang pengajar. Bisa dibilang mama saya ngajar sepanjang hari, karena malam hari, sedari lepas Maghrib sampai Isya', mama masih ngajar ngaji (lagi) untuk anak SD-SMP sampai ibu-ibu komplek ngaji berirama (apa ya istilahnya?). Itu loh, ngaji yang pake Bayati, Ras, Hijas, dll. 

Selama ini Mama saya cuma mengandalkan memori hp buat merekam nada-nada baru yang didapat. Seberapa sih kemampuan menyimpan file di hp? Alhasil, setelah dapat nada baru, beberapa file harus dihapus. Begitu seterusnya. 

Saya harap dengan Aspire E1-432 yang telah menggunakan RAM DDR3 sebesar 2GB yang dapat di-upgrade sampe 8GB serta media penyimpanan harddisk SATA berukuran 500GB, mama tidak perlu lagi berkeluh kesah tentang hpnya yang tua. Tinggal nyalakan notebook, trus didengarkan berjamaah. Itu impian terliar saya.


Kurang apa lagi coba?
Mau wi-fi gratisan, dipermudah. Download lagu, film, e-book, tutorial apapun, disediakan memory yang besar. Webcam oke. Body langsing. Baterai awet. Harga? Haiyya, kalo tak pelcaya, lu olang boleh tanya melek lain di toko sebelah la. Oe punya balang jaminan mutu..   

Karena kebutuhan akan kecanggihan dan segala kelebihan E1 Slim series tadi sangat berhubungan dengan pekerjaan saya sehari-hari itulah, saya pikir kenapa saya layak memiliki E1 Slim series.

Jadi, terlepas dari siapapun yang ketiban rezki dari Acer Indonesia yang diselenggarakan Kumpulan Emak Blogger nanti, mari kita bergembira ria dan saling mendoakan. Aamiin.. 



Jadi, mohon vote saya sebanyak-banyaknya lewat doa yaks.

Terimakasiihh.. Muaaacchhh *salim satu-satu*


________________________

“Tulisan ini diikutsertakan dalam event “30 Hari Blog Challenge, Bikin Notebook 30% Lebih Tipis” yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak Blogger (KEB) dan Acer Indonesia.”
Read more...

Rabu, 06 November 2013

Beragam Keinginan, Satu Kebutuhan


Huraaayy!!

       Minggu ke-tiga hajatan Kumpulan Emak Blogger dan Acer Indonesia kali ini mengusung tema “Slim Aspire E1 handal buat kerja, Asyik untuk bermain bersama keluarga”
            Produsen asal Taiwan ini benar-benar tidak pernah kehabisan ide untuk memanjakan konsumennya.


                        Berikut saya kutip spesifikasi Aspire E1 lengkap dari http://www.acerid.com
                       
Aspire E1 Slim Series KSP3
Aspire E1 silver
Produk
Aspire E1-470
Aspire E1-470G
OS
Linux (juga tersedia dalam versi OS Windows 8)
Linux
Grafis
Intel® HD Graphics 4000
NVIDIA® GeForce® GT 720M – 2GB
Memory
2GB DDR3
4GB DDR3
Layar
14.0 “ HD (1366×768)
14.0 “ HD (1366×768)
Storage
500GB HDD
500GB HDD
ODD
DVD RW
DVD RW
Konektivitas
USB 3.0, BT, Wi-Fi
USB 3.0, BT, Wi-Fi
Kamera
HD 720p
HD 720p
Dimensi
342 (W) x 245 (D) x 14.4/25.3 (H) mm
342 (W) x 245 (D) x 14.4/25.3 (H) mm
Berat
2.1kg
2.1kg
Prosesor
3rd Gen Intel® CoreTM i3-3217U
3rd Gen Intel® CoreTM i3-3217U


Terlepas dari desain tipis dan tampilan body yang modis, Aspire E1 tentu akan menjadi teman kerja yang mampu diandalkan dan dipakai berjamaah untuk keluarga.

Sebut saja dalam keluarga ada Ayah sebagai pekerja, ibu sebagai pengurus rumah tangga dan ratu sosmed, anak remaja yang lagi getol-getolnya gaul lewat dunia maya, dan si adik yang gemar bermain game. Pastinya susah memikirkan gadget apa yang pas buat satu keluarga tapi dengan dana yang tidak terlalu memberatkan kantong.

Maka dikeluarkanlah produk baru: Acer Aspire E1 Slim series yang sudah didukung oleh  prosesor Intel® Dual Core Celeron®, dan 30% lebih tipis. Meneruskan kesuksesan Acer Slim series terdahulu.

Sebagian besar masyarakat kita menggunakan Notebook tentu saja untuk keperluan kerja. Baik itu dibawa ke kantor atau dipakai bekerja dari rumah.

Kita coba merunut kebutuhan keluarga tersebut dari pihak Ayah sebagai pekerja. Saat presentasi di kantor, klien si ayah tidak perlu menunggu lama saat ayah membuka kertas kerja yang jam pasirnya loading lama, kini performa Acer benar-benar bisa diandalkan. Karena Acer E1 Slim Series telah didukung Intel® processor di dalamnya. Bersiaplah menunjukkan kertas kerja dan presentasi sebaik mungkin, dan tidak perlu pusing memikirkan masalah yang biasa dialami Notebook lama kita yang lelet bukan main. Tentu saja salah satu kelebihan ini berkat media penyimpanan harddisk SATA berukuran 500GB sudah lebih dari cukup untuk menyimpan berbagai file, multimedia, maupun game di dalam notebook ini. Ditambah lagi, Aspire E1-432 menggunakan RAM DDR3 sebesar 2GB yang dapat di-upgrade hingga 8GB. Uwwooooww

            Untuk ibu solehah yang menunggu ayah pulang kerja bisa menyalurkan bakat dan hobby dari rumah atau di sela waktu luang. Sembari menunggu anak pulang sekolah, Aspire E1Slim Series yang ringan mudah dibawa ke mana-mana. Tinggal sisipkan saja ke dalam tas dan ibu bisa menghabiskan waktu dengan hal-hal bermanfaat. Acer Aspire E1-432 ini punya port LAN (RJ-45) yang dapat digunakan tanpa memerlukan converter apapun, dan sebuah wireless adapter Acer Nplify 802.11b/g/n untuk berselancar ke dunia maya menggunakan jaringan hotspot disekitar, Browsing, menulis, bisnis online, semua bisa.

            Di rumah, kini giliran si kakak yang butuh ruang untuk bergaul di dunia maya. Chat, poto-poto dari Notebook tidak lagi membosankan kerana layal 14.0” dengan kamera webcam HD 720p benar-benar diciptakan untuk kakak yang memang lagi narsis-narsisnya.

            Adik yang biasa tidak tahan di rumah, akan lebih betah di rumah memainkan game-game kesukaannya tanpa takut crash di tengah permainan. Aspire E1 memiliki keunggulan karena telah dilengkapi dengan kartu grafis Nvidia® GeForce® GT720M dengan kapasitas sebesar 2GB. Dan biasanya lapotop akan cepat panas jika dimainkan untuk jangka waktu lama kan? hal ini sudah dipikirkan oleh produsen Acer dengan menyiapkan foam factor sebagai pendingin yang lumayan membantu sekali. Mengutip satu iklan televisi, ngelek, lemot, panas? No way!

Jadi, inilah pilihan tepat berbagai keinginan dengan satu kebutuhan.

Dengan desain setipis 25.3 mm dan bobot yang lebih ringan 15% didukung ketahanan baterai selama 6 jam serta segala kelebihan lainnya, tidak mengherankan jika produk ini sudah lama dinantikan banyak konsumen. Acer E1 slim series ini mampu menjawab banyak keinginan dengan satu pilihan cerdas. Soal kualitas? Yang lebih bagus dari Acer? Yang lebih mahal banyaaakk..

Kalau ada yang lebih bagus, buat apa bayar lebih mahal..








 ______________

“Tulisan ini diikutsertakan dalam event “30 Hari Blog Challenge, Bikin Notebook 30% Lebih Tipis” yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak Blogger (KEB) dan Acer Indonesia.”











Read more...

Sabtu, 02 November 2013

Satu Cerita Tentang Senja

Foto main ambil dari Google
Saya mengenalnya pertama kali di pertengahan musim semi yang suram. Ketika saya terlalu sibuk membenahi hati yang berkeping-keping hingga tak sempat memperhatikan hadirnya, belakangan saya sadar kalau saya telah berbagi kehidupan dengannya. Saya bahkan tidak ingat kalimat apa yang ia diucapkan saat memperkenalkan diri. Yang jelas, saya terpukau pesonanya.

Ia datang menutup hari saya, kemudian minggu, lalu bulan berlari begitu cepat. Kekasih saya tidak pernah lagi berkirim kabar. Saya pun tidak mencoba mencarinya. Seperti kekasih yang sudah-sudah, mereka akan pergi saat merasa perhatian menjelma belenggu dan rindu telah mulai basi. Lalu akan kembali saat merasa dingin malam terlalu menyayat dan tidak ada dekap paling hangat selain peluk yang dengan berjuta alasan mereka tinggalkan.

Ia, teman saya itu, orang-orang menamainya senja. Senja yang saya kenal tentulah bukan senja yang sama seperti kebanyakan senja-senja yang lain. Saya menjalin hubungan diam-diam dengannya di kemudian hari. Kami bertemu saban petang, saya akan menyibak tirai lebar-lebar agar senja leluasa masuk dan keluar bersama angin. Saya menyanyikan tembang asmaradhana yang mendayu di ambang jendela dan ia masuk berjinjit kaki agar lantai papan kamar saya tidak berderit.

Senja telah menjadi milik saya dan ia bukanlah senja yang sama dengan senja yang sering dijumpai orang-orang di sembarang tempat. Senja milik saya adalah senja yang manis. Senja yang manja dan sedikit kekanakan saat sedang merajuk. Senja akan datang dengan jingga keperakan saat hatinya tengah senang. Saya akan menghabiskan waktu berdua dengannya di dalam kamar, di atas dipan, kadang juga dibalik pintu. Saat petang makin kelam, senja akan beranjak ke sisi jendela. Senja tidak pernah tampak dari jalanan di bawah kamar saya.

Pernah sekali waktu saya tertidur dan terlambat menyibak tirai. Senja muntab bukan kepalang. Tubuhnya tidak lagi keperakan, ia memerah. Semerah-merahnya merah. Senja tidak suka menunggu untuk saya yang terlelap. Ia menerobos, menerjang celah-celah gorden lalu berdiri di samping saya yang tertidur dihunjam bantal dan selimut. Ia memandangi saya dalam diam. Pergi pun ia tidak pamit. Esoknya, kembali saya melantunkan asmaradhana di tepi jendela. Bak penyihir memanggil arwah dengan jampi dan rampai, senja datang, wajahnya berseri-seri.

Saya tidak pernah memperkenalkan senja pada siapapun. Mereka akan berpikir kalau saya mulai gila lalu menjauhi saya. Itu juga demi kebaikan senja, saya tidak mau orang mencemooh senja dengan gunjingan yang buruk. Saya mulai menyayangi senja. Memahaminya. Mungkin juga saya ketakutan menerima kalau saya mulai jatuh cinta padanya. Saya ingin senja tidak terluka.

Hampir seratus tujuh puluh hari saya habiskan berdua dengan senja. Terkadang saat sedang bosan di kamar, kami mengunjungi pantai. Saya bungkus tubuh senja pada handuk tebal, saya masukkan ke dalam tas yang saya sandang seolah tidak ada senja di dalamnya. Sesampai di pantai saya keluarkan senja begitu hati-hati di satu tempat paling sepi. Saya tidak ingin orang menggunjing hubungan saya dan senja.

Angin laut menampar-nampar wajah saya. Saya mengelak tapi tidak mempan. Rambut saya acak-acakan, semakin berusaha saya rapikan, usaha saya makin sia-sia. Saya menggerutu dan senja tergelak. Berkali-kali saya merengek pada senja agar tidak bertemu di pantai. Saya tidak ingin terlihat berantakan di depan senja. Ia bilang tidak masalah, ia lebih menyukai saya yang tampak konyol. Bibir saya mengerucut lalu senja akan memeluk saya dari belakang. Punggung saya beradu dengan badannya yang hangat. Kuduk saya meremang.

Terkadang senja datang terlambat. Ia harus mampir dulu ke satu tempat lalu tergesa menemui saya. Saya bilang kalau memang tidak sempat, tidak perlu datang. Waktu kita tidak banyak dan ada saat saya harus berdiam lama di tempat lain dan tidak bertemu kamu. Tidak ada alasan buat saya melewatkan hari meski nafas tersengal, katanya disela amarah yang mati-matian ia redam.

Saya masih punya kekasih, ia akan bisa datang kapan saja. tidak masalah kata senja. Kamu tidak cemburu? Tidak! Kita hanya berteman. Kita lebih dari teman, teman tidak akan rutin mengunjungi temannya hanya untuk bercakap-cakap dan berpelukan. Kadang saya juga mencuim kamu. Kapan? Sering. Saya tidak tahu, kapan? Kamu bukan tidak tahu, kamu pura-pura tidak tahu. Kami tergelak berderai-derai.

Sewaktu dunia menjelma jadi pendakwa yang menakutkan, mimpi buruk saya terbawa ke alam nyata. Kekasih yang pernah meninggalkan saya kembali dengan tubuh kuyu tergerus waktu. Badannya kurus dibalut lapisan kain warna-warni kumuh juga dekil. Baunya apak, seperti tumpukan baju lembab di ujung ruangan yang beradu dengan kecut keringat. Kekasih saya itu datang saat saya tengah berkasih-kasihan dengan senja. Saya dan senja membatu. Kekasih saya yang datang dengan sempoyongan, menempelkan aroma petualangnya pada pundak, dada dan paha saya. Bukan main jijiknya saya. Nafasnya tidak lagi berbau tembakau. Mulut dan lidahnya penuh serapah. Menyumpahi senja yang kian memerah. Saya menggenggam tangan senja, sementara tubuh saya ada dalam dekap lelaki beraroma sangit. Beberapa saat hingga akhirnya senja melunak dan pergi. Di dalam pelukan kekasih saya, saya mematung. Saya tidak menangis. Tapi dada penuh sesak. Mata saya perih.

Awal musim dingin saat gerimis jatuh satu-satu, saya kehilangan senja. Saya tidak berusaha mencarinya, bukan karena senja juga akan kembali jika sudah butuh pelukan. Tidak! Saya tidak pernah memeluk senja. Senja yang memeluk saya. Saya dan senja juga tidak sepasang kekasih yang sah, jadi ia tidak akan kembali dengan keadaan menyedihkan seperti kekasih saya yang sudah-sudah. Senja akan datang dengan angkuh yang anggun. Menghalau kabut dengan tubuh jingga keperakannya, kalau perlu ia harus datang dengan tubuh tingginya yang merah, semerah-merahnya merah, agar kekasih saya terperanjat.

Lama saya menekuri kenangan sembari menunggu senja tiba. Saya melihat senja datang ke arah saya dari kejauhan. Begitu bertemu, saya dekap ia dengan sepenuh tangan saya, sebisa saya dapat menggapainya.  Saya hampir tidak mengenalinya, senja tidak lagi garang di November. Senja tidak merah, tubuhnya pucat. Saya terkesiap. Saya selalu datang menemui kamu, tapi kamu tidak tahu. Kamu terlalu sibuk dengan kekasih yang baru kembali, todongnya. Suara senja perlahan parau menahan isak

Senja tertawa dalam sedan yang tertahan. Ia lalu memaki, terbahak-bahak di sela gemuruh yang memekakkan, ia memanggil setan-setan agar keluar dari persembunyian petang yang redup, memancarkan panas yang tak lagi hangat. Dekapan lembutnya berubah listrik. Saya gemetar ketakutan. Ia bukan lagi senja yang saya kenal, ia telah telah menunjukkan bentuk aslinya, ia adalah monster. Saya melarikan diri tapi langit limbung di kepala saya.

Segaris awan kelabu membentang di cakrawala. Kata orang senja tidak pernah melintasi kampung ini. Telah lama perahu menjadi bangkai, lautan tidak lagi berombak karena beku, cemara angin tampak kaku dan terlihat seperti pohon hantu berjari-jari panjang di tengah malam. Tidak terlihat lagi ujung lading penuh darah ikan karena ikan tak lagi dijaring ke tengah lautan. Pelantar berubah menjadi hiasan percuma di sepanjang kampung. Mereka memecah laut yang membeku lalu mengeluarkan ikan seperti mengeluarkan korban kapal pecah di Antartika yang dingin menyumsum. Senja tidak pernah melintasi kampung ini.

Di satu restauran di perkampungan nelayan saya membuat janji akan bertemu senja kembali. Saya memilih duduk tepat di depan pintu, ketika senja datang ia bisa langsung mendekap saya dengan rindu yang berdebar. Lalu akan saya masukkan ia ke dalam tas, membawanya berjalan-jalan seperti dulu. Telah saya putuskan sesuatu.

Dengan sedih yang berdarah-darah, saya bawa ia-yang saya bekap di dalam tas-ke tengah pasar. Pada cukong terkaya, saya menjualnya. Senja dipotong-potong menjadi serpihan kecil lalu dilemparkan menghadap langit. Penduduk bersorak. Di mata saya mereka semua sama. Kulit keriput dan putih tak lazim. Musim dingin di bulan November mereka bermandikan serpihan tubuh senja yang jingga kemerahan. Mereka meraup senja begitu rakus, memasukkannya ke dalam kresek, memunguti potongan-potongan kecil tubuhnya, ada yang menyimpannya dalam kaleng biskuit, ada bocah kurus kegirangan karena tubuhnya yang pasi diguyur ibunya bermandikan senja.

Saya tinggalkan senja di sini. Di kaki saya, satu mozaik tubuh senja terbawa dalam langkah saya menuju pulang.
Read more...