Pages

Selasa, 20 April 2010

Nyatanya, R. A. Kartini telah lama mati..!!!


Menyambut 21 April mendatang, saya pastikan bahwa akan ada banyak sekali Artikel atau tulisan lainnya yang berbau Kartini. Baik itu di Jejaring Sosial, beberapa postingan teman di blog bahkan di koran bekas bungkus terasi yang amis tak ketulungan, termasuk artikel ini salah satunya. Ya, April ini adalah bulannya Kartini, atau bulannya wanita - wanita yang diKartinikan atas beberapa alasan.

Tulisan ini bukannya bentuk rasa sakit hati saya terhadap wanita - wanita yang 'berparas' Kartini, bukan sama sekali..!!! Namun hanya kekecewaan saya terhadap makna Kartini saat ini. Coba kita ulas balik riwayat R. A. Kartini dengan kandidat Ibu Kartini zaman sekarang. Bacalah biografi R. A. Kartini dan biografi Ibu Kartini yang akan menerima kehormatan yang sangat tidak pantas jika di sandingkan dengan pendahulu mereka -R. A. Kartini sesungguhnya- lalu BANDINGKAN, kawan..!!!

Maka, akan kita temukan perbedaan yang sangat kontras sekali nantinya. Ibu Kartini (meski tidak semua kandidat seperti itu) hanya akan mengenakan kebaya dan sanggul kebesaran pada saat akan berlangsungnya penyerahan award yang mereka masuk sebagai nominasi. Berdandan di salon ternama atau mematut - matut wajah cantiknya berjam - jam didepan cermin kemudian tersenyum merekah membayangkan pemandu acara mengumandangkan nama mereka sebagai penerima 'gelar' bergengsi pada akhirnya. Mencocokkan semua koleksi high heels lalu berjalan mondar - mandir bak peragawati memamerkan busana karya Yves Saint Laurent yang legendaris sambil sesekali mencoba senyum mana yang paling cocok nantinya di acara agung itu. Lalu, setelah acara selesai..??? Lihat saja, tidak sampai hitungan minggu maka tabiat asli mereka akan segera bermunculan. Tak pelak lagi, R. A. Kartini pasti akan menangis dan meraung - raung sejadi - jadinya pada Tuhan agar diberikan kesempatan mencakar - cakar wajah topeng si Ibu Kartini yang penuh dempulan bedak.

Lalu, bagaimana dengan nasib perempaun 'titisan' R. A. Kartini..??? Umumnya mereka terlupakan dan tersudut dengan aktifitas yang membuatnya tak sempat menyentuh bedak, bahkan bedak Viva no.4 yang harga 2000 perak saja pun mereka belum pernah memakainya. Merekalah potret R. A. Kartini yang diberi segenap kesulitan dalam hidupnya, menjujung segala bentuk kepenatan hidup. Namun sedikitpun tak pernah merasakan lembutnya kebaya berbahan Satin, Organdi, maupun sutra yang biasa dikenakan Ibu Kartini yang bersenyum layaknya robot yang telah disetting sedemikian manisnya. Mereka yang selalu berparfum keringat, berlulurkan peluh dan membayar dengan air mata atas semua derita yang mau - tidak mau harus mereka beli dari seorang bandar nasib buruk yang selalu memperkosa kehidupan mereka. Merekalah yang harusnya melenggang di catwalk kehormatan, menggantikan Ibu Kartini jadi - jadian dengan senyum yang terpaksa disunggingkan karena terbukti bukan mereka pemenangnya dalam hajatan tahunan dimusim ini. 

Mereka, para 'titisan jiwa R. A. Kartini' yang selalu menyamarkan lelah diwajah agar terlihat cantik dimata suami tercinta. Menegar - negarkan derita dihadapan anaknya, seolah tidak ada kesan pahit dalam hidupnya barang sedetik pun. Merekalah yang harusnya mendapatkan anugerah dan gelar kehormatan yang telah lama dilupakan si pembawa acara maupun si empunya hajatan yang membuat acara abal - abal dengan membelakangi mereka karena jijik dengan uap keringat mahal para titisan R. A. Kartini tersebut.

Kalau saja kita bisa mendengar suara - suara manusia yang telah mati ratusan tahun lalu, maka suara jerit tangis R. A. Kartini lah yang paling menyayat hati pada bulan ini. Karena tidak sudinya beliau, bulan ini dicemari dengan acara penganugerahan tanpa mutu itu..!!!

Jadi, masihkan kita patut berbangga hati atas event salah kaprah yang kita gadang - gadangkan bertahun - tahun ini..???

0 komentar:

Posting Komentar