Pages

Rabu, 12 Mei 2010

Pesan Kematian

Ddrrrtttt... Drrttt.. Dddrrttt...
Kurogoh pangkal pahaku, ada benda setengah telapak tangan yang tersangkut disana. Benda mewah yang jadi kebutuhan wajib remaja yang menjelang dewasa seperti ku saat ini.

Satu pesan diterima
Aktifkan
Tekan *
__________
Malam ini, tunggu aku dirumahmu
__________
Pengirim : Arjuna

Sebuah pesan pendek dari teman, pendek sekali. Tapi tujuannya jelas.


Jarum panjang jam tua di sudut dinding ruang tamu terjepit antara angka 8 dan angka 7, sedang berebut posisi dengan si jarum pendek. Pukul 19 lebih 40. Dia datang bersama dua teman nya yang sudah bisa kupastikan - teman yang selalu sama - jika berkunjung kemari. Aku sempat heran, kenapa dia selalu saja membawa temannya jika bertandang kesini. Alasan satu - satunya, mungkin karena dia penganut petuah 'Jika perempuan dan lelaki berduaan. maka yang ketiga adalah Setan'. Yah, siapa tau saja kan.

Dua temannya sibuk menyeruput teh suguhan Ibu ku, kami berdua saja dipojok beranda. Lama dia terdiam, hingga akhirnya meluncur suara dari mulutnya. Sedikit ragu, namun terdengar lirih.
"Aku ingat mati, sudah dari beberapa waktu lalu"
"Hah..?? Bagaimana bisa ?"
Terdiam lagi, beberapa saat. Mana mungkin aku bicara banyak dalam keadaan seperi ini. Otakku menyuruh aku diam, aku mengalah. 
"Kau tau kalau sebelum mati kita akan merasakan beberapa hal kan.?"
Aku mengangguk, antara mengerti dan bingung.
Diam lagi. Diam lagi. Diam lagi.

"Sudah baca kertas yang ku selipkan di bukumu tadi ?"
Aku menggeleng.
"Luangkan waktu untuk baca ya. "
Arjuna pergi. 

Teringat perbincangan siang tadi kursi kayu gedung penebar Ilmu itu, kucari buku yang menyimpan pesan dari Arjuna. Kertas putih dengan guratan tinta hitam.

Untuk temanku : Ratu
Aku tau ini pasti membuat mu kaget. Tapi sangat penting kita tau. Tentang sesuatu yang pasti kita jalani, Kematian. Kau bisa saja percaya tapi jika ini semua tak masuk logikamu, lupakan saja. Anggap saja aku pamer Ilmu.
Apa kau tau, 100 hari saat kita akan mati seluruh tubuh dari ujung rambut sehingga ke ujung kaki akan mengalami getaran, seakan-akan mengigil. Tepat diwaktu Ashar. Sadar atau tidak.
Jika kita akan mati 40 hari lagi, saat itu daun yang tertulis nama kita telah gugur dari pohon usia kepunyaan Tuhan. Saat itu malaikat maut akan mengambil daun tersebut dan membuat persiapan, malaikat maut itu akan mulai mengikuti kita sepanjang waktu. Masih diwaktu Ashar, bagian tubuh yang selalu kita tutupi itu akan berdenyut, tepat nya di pusar.
Waktu kita hanya tinggal 7 hari lagi, kita akan mengalami rasa kelaparan, bukan, bukan kelaparan. Tepatnya kita ingin makan makanan apa saja. Seolah - olah ingin makan semuanya tanpa jeda.
Kita akan mati 5 hari lagi, rasakanlah anak lidah bergerak-gerak, bagian tengah dahi seolah bergerak - gerak, lalu akan menjalar hingga keseluruh bagian dahi.
Ini hari terakhir menjelang kematian kita 1 hari lagi, Terasa sekali bahagian ubun - ubun kita juga bergerak - gerak diwaktu Subuh dan Ashar.
Ini lah saat terakhir kita, akan terasa sejuk bahagian pusar hingga ke tulang solbi (di bahagian belakang badan).

Ratu, aku tau akan ada sekelibat keraguan padamu. Tapi percaya padaku, dulu Kekasihku itu juga berkata hal yang sama. Dan kau tau kan, dia mendulu juga akhirnya.
Aku tidak memaksamu percaya, inilah yang mebuatku terngiang - ngiang kematian beberapa waktu ini. 
 

Ya Tuhan, bagaimana bisa aku berkata. Tidak biasanya Arjuna semelankolik ini sampai mengirimi ku surat kejut. Apakah ini pertanda dari Arjuna ? Panik, kusambar tas tanganku dimeja. Pukul 18.55. Aku tak ingin Arjuna mati. Dia harus tau bahwa aku mencintainya, Ya. dia harus tau. Dia harus tau bahwa aku mencintainya, sebelum dia mati.

Drrtt... drrrttt...drrttt

Satu pesan diterima
Aktifkan
Tekan *
_________
Segera ke Rumah Sakit Budi Mulia
_________
Pengirim : Ipank

Sudah ada beberapa orang kulihat disana. Ada Ibu yang tadi kucium keningnya, Ayah yang masih berpakaian kerja biru lembayung, Ipank, Doni. Arjuna tergopoh melewati lorong sempit Rumah Sakit, aku berusaha menapaki langkannya. Di ujung pintu, Ibu menoleh pada ku dan Arjuna.
"Ratu meninggal, nak."

0 komentar:

Posting Komentar