Pages

Senin, 11 Maret 2013

SEPUCUK SURAT UNTUK KEKASIHKU

Ini tulisan ke tiga untuk yang diadakan oleh Kampung FIksi
Silahkan klik gambarnya untuk membaca lebih jelas atau kalo rada susah, ada yang lengkapnya di bawah.. Terimakasih.
_____________________________________


Dear Erlangga,

Lewat surat ini kukabarkan bahwa aku baik-baik saja dan semoga begitu jugalah adanya denganmu. Mungkin ada sesisip rindu yang kuwakilkan lewat kecup yang tak nyata dalam pekat malam yang semakin kelam.

Seperti apa kamu sekarang, Erl? Apa kamu rutin mencukur bulu-bulu halus di dagumu dan makan dengan teratur

Sejak malam itu, Erl. Malam di mana aku tidak lagi pulang ke rumahmu hingga pagi bergulir perlahan dan embun membasahi reranting randu yang tengah mekar. Malam itu, kukenangkan lagi kenang-kenangan yang kita patri di setiap sudut hati kita yang mulai rapuh dan menua.

Sebenarnya sudah lama ingin kukatakan bahwa kepergianku bukan karena kesalahanmu. Tidak ada yang patut dipersalahakan dalam hal ini, sayangku. Kalaupun ada yang patut dipersalahakan, satu-satunya adalah diriku. Maaf karena aku tidak bisa seperti yang kamu harapkan, Erl. 

Kekasihku Erlangga,
Aku bahkan belum berani menjawab pertanyaanmu tentang seberapa cintanya aku padamu. Kamu ingat? Apa kamu percaya kalau aku bilang, aku masih tak mampu menjawab, bahkan hingga sekarang? Cinta bukan sekedar rasa yang hadir dari hati. Bukan. 

Sejujurnya,
Bagiku, cinta lebih kompleks dari sekedar ungkapan sajak picisan yang kerap kamu baca di buku-buku roman koleksimu. Cinta juga tak harus diumbar. Cinta harusnya menempati ruang tergelap dalam jiwa kita yang paling jujur.

Cinta bukan sekedar kita merasa senang karena hasrat kita untuk bersama telah terpenuhi. Lebih dari itu, Erl. Cinta tidak mesti melahirkan kesenangan, karena senang bisa saja kita coba buat-buat. 

Itulah kenapa aku tak pernah bisa meyakinkan cintaku padamu seberapa besar dan seberapa lama aku akan bertahan untuk terus mencintaimu. Cintaku padamu tak bisa kuutarakan, aku terlalu gugup untuk bisa menjelaskan. Tak mengapalah sesekali kita menjadi pengecut.

Erlangga,
Baik kita sudahi saja perdebatan kita tentang cinta dalam definisiku yang tak pernah bisa kamu mengerti. Atau kita kembalikan saja semua pada ruang dan waktu, hingga kemudian hanya akan menjadi skenario hati masing-masing kita yang tidak akan pernah terjawab. Begitulah.

Aku hanya bisa bilang, akan kamu temui jawaban tentang cintaku saat kita mulai menua menanti datangnya uban di usia kita yang renta, dan aku tetap ada di sampingmu menyajikan kopi dengan tangan bergemetar meski punggungku mulai bungkuk.

Tanganku yang menggigil akan tetap merengkuh pinggangmu yang berjalan tertatih dengan tongkat dan sendal yang kebesaran di kakimu, tetapi debar dalam hatiku tak pernah berhenti berdesir hebat tiap kali bersamamu.

Itulah saat dimana kita tak membutuhkan cinta dimaknai dengan kata, Erl. Karena dalam cinta, kita tak butuh apapun untuk tetap saling meyakinkan.

Cinta bagiku adalah sebuah kegigihan mempertahankan rasa yang rapuh. Karena dalam hidup, cinta bukanlah sebuah komitmen yang bisa kita rencanakan akhirnya tanpa adanya kehambaran. Tidak bisa kupungkiri bahwa ragumu padaku tentang cinta adalah hal mutlak
, yang selalu saja kuhindari. Aku tidak bisa memberikan apapun jawaban yang membahagiakanmu, Erl.

Sayangku,
Seandainya kutemukan jalan lain yang terbuka untuk kita, ah! Tak perduli harus menerobos ilalang atau tersandung kerikil panas, akan tetap berpegangan pada genggam tanganmu yang erat.

Jika terus kupaksakan, pada akhirya, kamu dan aku akan kembali pada jalan yang kita terabas mula-mula sekali. Akan tiba masanya kita saling menjauh, berdiam pada masing-masing angkuh kita yang membakar, tunduk pada ego yang mengoyak kenangan. Jejak kita yang tertinggal akan membelah, membelah, lalu berkumpul menjadi kenangan yang kesepian.
.
Aku terlalu takut menghadapi apa yang di ada depan kita, maaf juga jika kamu menganggapku terlalu egois dan tidak pernah memberi kabar bahkan hanya lewat telepon. 

Kuharap jangan pernah terbersit di hatimu untuk membenciku, meskipun itu tetaplah hakmu yang tidak bisa kusangkal.

Baik kita saling melupakan apa yang telah kita lalui sebagai hal yang patut dikenang saja. Tidak lebih, tidak lebih, Erlangga.
Di sini mati-matian aku menata hati kembali. Mengembalikan semua yang telah terserak dan berburai menjadi satu mozaik  yang dapat kugenggam sebagai pengingat.

Maafkan aku, Erlangga. Maaf.

                                                                                                                                 Dengan sepenuh cinta,
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                Kekasihmu                                                                                                          



Surat untuk kekasih Hal. 1 




Surat untuk kekasih hal. 2



 


2 komentar:

  1. Gue kagum sama orang-orang yang bikin sesuatu yang fiktif tapi kerasa riil. Itu aja yang gue bilang, dan kalau boleh kasih nilai, gue kasih 8 deh... Hehehe

    BalasHapus
  2. Tengkiyu, Maaann.

    Cerpen-cerpen lu juga lumayan. Jarang bgt gw nemuin cerpenis cowok yang nulis cerita romantis.

    BalasHapus