Pages

Sabtu, 14 Januari 2012

Kamu manis, kataku.

Kamu manis, kataku.

Tapi tetap saja perempuan muda itu bergeming. Sebenarnya, tidak ada maksud untuk gombal, tapi perempuan itu memang terlihat manis dan sangat anggun.

Usianya hampir menginjak pertengahan dua puluh. Rambutnya yang hitam sepunggung, agak sedikit ikal. Leher jenjangnya memakai kalung yang sedikit kuno. Mungkin kalung pemberian ibu atau neneknya. Bandulnya itu loh, astaga! Seorang gadis molek yang, telanjang!

Siapa bilang hanya perempuan bermata besar yang terlihat manis? Teori salah. Orang yang berpendapat seperti itu pasti belum pernah melihat perempuan muda ini dan terlalu banyak membaca komik manga dengan tokok gadis dengan wajah yang sebagian besar dipenuhi mata. Gadis ini lain. Dengan mata agak menyipit,  justru menjadi daya tariknya. Kalau sedang tersenyum, matanya akan tertarik ke atas, semakin terlihat kecil.  

Kamu manis, kataku.

Suaraku terdengar mirip desisisan. Kali ini gadis di depanku tersenyum. Astaga! Jantungku! Jantungku berantakan.

Aku kikuk saat tatapan kami saling beradu. Dia tersenyum lagi. Wajahnya tidak terlalu mulus seperti laiknya wanita-wanita cantik pengiklan produk kecantikan. Namun satu yang mebuat dia semakin mempesona. Lesung pipinya. Lesung pipinya tidak rata, maksudku, berbeda. Bukan. Maksudku, lesung pipi kirinya lebih dalam. Jangankan senyum, sedang berbicara saja lesung pipi kirinya terlihat.

Gadis manis di depanku tengah berputa-putar kecil.

“Sayang sekali baju ini belahan dadanya agak sedikit ke bawah.” Dia membentangkan baju itu padaku.  

Kalau menurut ukuran orang-orang, baju itu tidak bermasalah. Belahan dada yang agak terbuka juga menunjukkan keseksian bukan?

Apa yang dirisaukan perempuan ini? Kulirik dadanya diam-diam. Tidak ada yang salah. Dadanya masih kencang berisi. Padat, sedikit kenyal dan hangat.  Harusnya dia lebih percaya diri.

Perempuan itu hanya memakai kutang dan celana dalam waktu menyapukan bedak ke pipinya. Kutang Hitam dan celana dalam Merah, lalu tiba-tiba tersenyum padaku.

Dia menyangga dadanya dengan kedua tangan menghadapku sambil berkata.
“Meski Cuma pakaian dalam dan tidak diperlihatkan pada orang ramai, tapi mereka juga ingin dihargai. Mereka juga ingin punya moment sendiri.” Begitu katanya. Aku diam, mengamini.

Perempuan muda ini sebenarnya pribadi yang menyenangkan, namun aku tidak berani banyak bicara. Ada kesan segan atau apa ya? Sungkan lebih tepatnya. Dia terlalu anggun dan aku selalu menjadi penikmat keanggunannya. Otakku mulai berpikir macam-macam. Tidak, tidak. Jangan sampai dia tau isi kepala mesumku.


Selangkah, dua langkah, tiga langkah. Perempuan itu mendekat. Seperti membaca pikiranku, dia melirik mesra. Senyumnya mengembang dan tatapan mata itu, aku tahu persis maksudnya. Jangan sampai! Jangan sampai! Jangan sampai! Aku menegang.

Dia mulai meraba pundakku, leherku, perempuan itu mengusap dadaku. Ya, dadaku! Anjing! Apa-apaan ini?! Dan aku masih tegak berdiri, tidak melakukan apa-apa. Tidak juga berusaha menghindar. Dia anggun dan cantik, aku menikmatinya.

Jarinya yang panjang dan lentik menyentuh pipi, mengusap bibirku, aku pasarah apa yang akan dilakukannya.

Kamu manis, kataku.


Tok.. tok.. tok..

Aku terperanjat. Sekeliling kulihat hitam, sekelebat. Perempuan di depanku juga tak kalah kaget. Mati aku!

Gedoran di pintu tak bisa menunggu. “Buruan dong, lama amat dandannya.”

Gagang pintu bergerak, dan menyebul kepala, mengintipku.

“Astaga! Dari tadi elu ngapain. Jam segini baru pake kolor ama beha doang?! Kelamaan ngaca sih lo.”
Perempuan manis itu tidak terlihat lagi.  

3 komentar:

  1. ya tuh... gue heran kenapa di manga2, cewe2 cakep selalu digambarin berwajah sipit.

    btw makasih yah kritikannya.. tapi coba deh baca sampe abis... hahaha.. maklumlah terinfluence andrea hirata. terlalu malah. LoL

    BalasHapus
  2. tetap manis walau pake kolo ama beha doank...:D

    BalasHapus
  3. wuahahahhahahhhhahhahahaahahhhahaahahhhhahaa...ilusiiiiiii

    ini cerita ttg seorg shemale ya, San?

    BalasHapus