Kamu manis, kataku.
Tapi tetap saja perempuan muda
itu bergeming. Sebenarnya, tidak ada maksud untuk gombal, tapi perempuan itu
memang terlihat manis dan sangat anggun.
Usianya hampir menginjak
pertengahan dua puluh. Rambutnya yang hitam sepunggung, agak sedikit ikal. Leher
jenjangnya memakai kalung yang sedikit kuno. Mungkin kalung pemberian ibu atau
neneknya. Bandulnya itu loh, astaga! Seorang gadis molek yang, telanjang!
Siapa bilang hanya perempuan bermata
besar yang terlihat manis? Teori salah. Orang yang berpendapat seperti itu
pasti belum pernah melihat perempuan muda ini dan terlalu banyak membaca komik
manga dengan tokok gadis dengan wajah yang sebagian besar dipenuhi mata. Gadis ini
lain. Dengan mata agak menyipit, justru
menjadi daya tariknya. Kalau sedang tersenyum, matanya akan tertarik ke atas,
semakin terlihat kecil.
Kamu manis, kataku.
Suaraku terdengar mirip
desisisan. Kali ini gadis di depanku tersenyum. Astaga! Jantungku! Jantungku berantakan.
Aku kikuk saat tatapan kami
saling beradu. Dia tersenyum lagi. Wajahnya tidak terlalu mulus seperti laiknya
wanita-wanita cantik pengiklan produk kecantikan. Namun satu yang mebuat dia
semakin mempesona. Lesung pipinya. Lesung pipinya tidak rata, maksudku,
berbeda. Bukan. Maksudku, lesung pipi kirinya lebih dalam. Jangankan senyum,
sedang berbicara saja lesung pipi kirinya terlihat.
Gadis manis di depanku tengah
berputa-putar kecil.
“Sayang sekali baju ini belahan
dadanya agak sedikit ke bawah.” Dia membentangkan baju itu padaku.
Kalau menurut ukuran orang-orang,
baju itu tidak bermasalah. Belahan dada yang agak terbuka juga menunjukkan
keseksian bukan?
Apa yang dirisaukan perempuan
ini? Kulirik dadanya diam-diam. Tidak ada yang salah. Dadanya masih kencang
berisi. Padat, sedikit kenyal dan hangat. Harusnya dia lebih percaya diri.
Perempuan itu hanya memakai
kutang dan celana dalam waktu menyapukan bedak ke pipinya. Kutang Hitam dan
celana dalam Merah, lalu tiba-tiba tersenyum padaku.
Dia menyangga dadanya dengan
kedua tangan menghadapku sambil berkata.
“Meski Cuma pakaian dalam dan
tidak diperlihatkan pada orang ramai, tapi mereka juga ingin dihargai. Mereka juga
ingin punya moment sendiri.” Begitu katanya. Aku diam, mengamini.
Perempuan muda ini sebenarnya
pribadi yang menyenangkan, namun aku tidak berani banyak bicara. Ada kesan
segan atau apa ya? Sungkan lebih tepatnya. Dia terlalu anggun dan aku selalu
menjadi penikmat keanggunannya. Otakku mulai berpikir macam-macam. Tidak,
tidak. Jangan sampai dia tau isi kepala mesumku.
Selangkah, dua langkah, tiga
langkah. Perempuan itu mendekat. Seperti membaca pikiranku, dia melirik mesra. Senyumnya
mengembang dan tatapan mata itu, aku tahu persis maksudnya. Jangan sampai! Jangan
sampai! Jangan sampai! Aku menegang.
Dia mulai meraba pundakku,
leherku, perempuan itu mengusap dadaku. Ya, dadaku! Anjing! Apa-apaan ini?! Dan
aku masih tegak berdiri, tidak melakukan apa-apa. Tidak juga berusaha
menghindar. Dia anggun dan cantik, aku menikmatinya.
Jarinya yang panjang dan lentik
menyentuh pipi, mengusap bibirku, aku pasarah apa yang akan dilakukannya.
Kamu manis, kataku.
Tok.. tok.. tok..
Aku terperanjat. Sekeliling kulihat
hitam, sekelebat. Perempuan di depanku juga tak kalah kaget. Mati aku!
Gedoran di pintu tak bisa
menunggu. “Buruan dong, lama amat dandannya.”
Gagang pintu bergerak, dan menyebul
kepala, mengintipku.
“Astaga! Dari tadi elu ngapain. Jam
segini baru pake kolor ama beha
doang?! Kelamaan ngaca sih lo.”
Perempuan manis itu tidak
terlihat lagi.
ya tuh... gue heran kenapa di manga2, cewe2 cakep selalu digambarin berwajah sipit.
BalasHapusbtw makasih yah kritikannya.. tapi coba deh baca sampe abis... hahaha.. maklumlah terinfluence andrea hirata. terlalu malah. LoL
tetap manis walau pake kolo ama beha doank...:D
BalasHapuswuahahahhahahhhhahhahahaahahhhahaahahhhhahaa...ilusiiiiiii
BalasHapusini cerita ttg seorg shemale ya, San?