Pages

Kamis, 12 Januari 2012

Halo, Siapa Namamu?


Dulu, ruangan ini penuh sesak. Selalu penuh sesak. Tapi itu dulu, sebelum semua berubah. Sebelum Mas Harsja pergi, sebelum Bapak sibuk, sebelum Timo mati kelindes motor, sebelum ibu ditaksir Pak Jana, tukang bata sebelah rumah. 

Mas Harsja pergi dengan pacarnya, tinggal berdua padahal belum menikah. Bapak sempat kalap dan hampir membunuh pacar mas Harsja kalau saja tidak dilerai tetangga.

“Ada-ada saja. Pacaran kok ya sama Joni. Kaya udah ndak ada perempuan saja.”

Aku diam, ibu juga diam, cuma Bapak yang misuh-misuh. Timo ketiduran di kursi waktu itu.

Entah apa sebabnya Bapak mulai jarang pulang ke rumah. Yang aku tahu kemudian Bapak dan Ibu mulai jarang bicara. Ibu sepertinya kangen Mas harsja. Tiap kali telpon berdering, ibu tergopoh-gopoh.

“Pasti dari Harsja.” Begitu selalu kilah ibu.

“Bukan Harsja.” Gagang telpon diletakkan begitu saja. Kadang tergantung, kadang malah ditutup. Tapi aku tak berani protes, Timo melarang.

Mulanya, aku pikir ibu hanya kangen Mas harsja saja makanya selalu mengangkat telpon jadi ritual wajib. Tapi makin hari, ibu makin aneh. Ibu mulai suka menekan-nekan nomor telpon sembarangan, acak-acakan. Banyak yang tersambung.

“Halo, siapa namamu?”
“Saya mencari Harsja. Halo, halo, halo, siapa namamu?”

Sudah berulang kali kukatakan, ada waktunya Mas Harsja pulang. Tapi ibu tak terima, Timo hampir mati dicekiknya. Sial!

Keesokan hari, aku dijemput Pak Jana ke sekolah. Langkahnya panjang menggamit lenganku, aku berjalan tersaruk-saruk. Ada apa ini? Di beranda kulihat ayah menenteng koper besar. Ibu mematung memeluk Timo.

“Kamu mau ikut atau inggal di sini? Hah!”

Aku tidak suka bapak, dia suka membentak, mulutnya lebar dan nafasnya bau. Bau rokok, bau kopi, belakangan juga bau alkohol. Aku bergeming, sampai esok hari ayah tidak pernah pulang sampai hari ini.


“Halo, siapa namamu?”

Aku mulai terbiasa melihat kelakuan ibu yang tiap hari menelpon orang yang tak dikenal untuk mencari Mas Harsja. Hasilnya, tentu saja tetap nihil.


Di rumah ini aku hanya punya Timo. Kucing kecil yang pincang, Timo dirawat Pak Jana sampai sembuh lalu diberikan padaku. Kupikir dulu Pak Jana menyukai ibu makanya baik padaku. Tapi akhirnya Timo juga pergi, dia mati. Lehernya hancur terlindas motor yang melaju kencang di depan jalan. Padahal ibu sedang ada di rumah waktu itu. Ibu tidak menjaga Timo bahkan ibu tidak tahu Timo mati, setiap hari kalau tidak melamun ibu pasti menelpon,

“Halo, siapa namamu?”
“Saya mencari Harsja. Halo, halo, halo, siapa namamu?”

Sekarang aku tahu bagaimana rasanya kehilangan. Rasanya seperti ibu.


Kemarin, selesai menaburkan bunga ke makam Timo, aku tersentak, banyak orang berlarian dari ujung jalan. Wajah mereka pias, aku penasaran. Apa yang terjadi? Kulihat Pak Jana tengah memeluk seorang perempuan. Astaga! Pak Jana memeluk ibu.

Orang-orang bergidik ngeri, Pak Jana terengah melawan rontaan ibu. Pak Jana dan ibu menjadi tontonan. Ibu tersenyum pada kerumunan, ibu mencoba menggapai beberapa orang yang sebaya dengan Mas Harsja.

“Halo, siapa namamu?”
“Saya mencari Harsja. Halo, halo, halo, siapa namamu?”

Kata Pak Jana ibu kangen Mas Harsja. Kata orang ibuku gila. Aku merasa semakin mirip ibu.
  



 _______________________________________________________________


Catatan sikil: Selain biar ini blog gak melanggar kaidah dan ketentuan perblog-an saking jarangnya di update, fiksi ini juga ditulis buat ngeramein acaranya pesta blog iseng #15HariNgeblogFF.

8 komentar:

  1. horeeee!!! ada lagi dimari, ayo di K juga di publish :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah di publish kok,mbak.
      Biasalah, pantang tak heboh. :)

      Hapus
  2. keren abis dah pokoknya, San! merinding gila daku bacanya. dikau memang selalu 'sadis' =))

    banyak kejutan2x pada ceritanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih udah kunjungan ke mari mbak Ing..
      Tapi,satu-satu dong,mbak. Merinding atau gila?
      Hahahahahaha

      Hapus
  3. saya gak baca yg lainnya, tapi berani pastikan ide ini jarang yg pake. trus kenapa juga pake nama yang susah : Harsja? hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas/Mbak Kece Yang namanya disembunyiin, makasih ya udah nyempatin kunjungan kemari.
      Kenapa namanya Harsja? Soalnya nama Joni, Joko, Sinta udah banyak. #JawabanGeje

      Hapus